Jumat, 15 Januari 2010

tgs b.indo pas buat cerpen

LIVE MUST GO ON

Panggil aja dia Cheryl. Sebenarnya sih, nama panjangnya Cheryl Naysilla Putri. Ia anak pertama dari sepasang suami istri yang sudah lama bercerai. Ia tinggal ma bokapnya, soalnya nyokapnya memilih tinggal bersama adeknya. Ya, ia terima nasib aja. Lagian bokapnya baik dan sayang sama dia kok. Sekarang, ia masih kelas 3 SMA. Di sekolah, ia punya 3 orang teman akrab. Namanya, Dara, Kiran, dan Saski.

Hari ini, tanggal 23 Februari 2008 adalah hari ulang tahunnya yang ke-17. Seneng banget deh. Ia berharap banget ke-2 orang tuanya dapat mengingat hari ulang tahunnya. Kata orang sih hari ulang tahun yang ke-17 merupakan momen yang paling indah. So, ia harep, hari ini ia, adeknya, nyokap ,dan bokapnya bisa kumpul bareng walaupun hanya sebentar.

“Non, bangun dong! Udah pagi, Non kan sekolah hari ini, ntar telat loh,”seru bibi membangunkannya sambil membuka jendela kamarnya. “Ya, ya ….Oh ya, Ayah mana, Bi?”tanyanya. “Bapak ada di kamarnya, belum ke kantor,”jawab Bibi. Yaudah, sekarang Non mandi dulu, Bibi mau menyiapkan sarapan dulu,”tambah Bibi. “Ok, deh Bi…,”serunya. Ia memang sudah menganggap bibi seperti keluarganya sendiri, jadi kadang ia sangat manja pada bibi.

Setelah bibi keluar dari kamarnya, ia segera membereskan tempat tidurnya, dan langsung mandi. Setelah mandi, ia bergegas keluar kamar menuju ruang makan untuk sarapan bersama ayahnya. “Hai, Yah!”sapanya. “Hai, sayang!”sahut ayah. “Ayah, inget gak hari ini hari apa?”tanyanya sambil memegang roti berlapis mesis. “Hari Selasa kan?”jawab Ayah. “Ya, tapi Ayah gak inget sama sekali tentang hari ini?”tanyanya mulai kesal. “Ya, setahu Ayah ini hari Selasa. Oh ya, Ayah harus berangkat sekarang ke kantor. Hari ini ada meeting dengan clien jam 8. Bye, sayang!”pamit Ayah sambil mencium pipinya. “Bye, Yah!”sahutnya dengan sedikit cemberut.

Akhirnya, ia makan sendiri dengan sedikit kesal. Setelah makan, ia bergegas sekolah karena ia berharap teman-temannya di sekolah mengingat hari ulang tahunnya. “Bi, aku berangkat dulu ya!”sahutnya sambil mengambil tas di bangku meja makan. “Tunggu bentar, Non,”cegah bibi. Ia heran karena enggak biasanya bibi bersikap seperti itu. “Ada ada, Bi? Aku takut telat nih…”jawabnya dengan tersenyum kecut. “Maaf ya, Non. Ini buat Non, selamat ulang tahun ya, Non!”seru bibi sambil memberikan sebungkus kado yang terbungkus rapi. “Makasih ya, Bi. Orang tuaku sendiri aja gak ada yang inget hari ulang tahunku,”ungkapnya sambil memeluk bibi dengan haru. “Mereka gak lupa, paling nanti mereka juga akan memberikan hadiah yang lebih bagus daripada yang Bibi kasih,”balas bibi. “Tapi, Bi…,”Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, bibi sudah menyuruhnya berangkat sekolah karena jam sudah menunjukkan pukul 6 lewat 10. So, ia berangkat sekolah dengan membawa kado dari bibi yang belum sempat ia buka.

Hampir saja ia telat karena 5 menit lagi gerbang sekolah sudah ditutup. Ia bergegas masuk ke kelas karena bel sudah berbunyi. “Hoy, Cher! Tumben loe dateng sesiang ini?”tanya Dara sambil menyisir rambutnya. “Ya, untung Pak Kori belum dateng. Loe tau sendirikan kalo kita telat semenit aja pas pelajarannya?”tambah Saski sambil kipas-kipas. “Ya, gw tau kok. Makanya, tadi gw buru-buru banget.”jawabnya sambil mengambil mengeluarkan minum dari dalam tas.

Selama pelajaran berlangsung, ia tidak pernah konsentrasi. Ia hanya memikirkan apakah keluarganya mengingat hari ulang tahunnya, terutama ibunya. Karena, semenjak ulang tahunnya yang ke-15, ibunya tidak pernah lagi memberikan ucapan selamat padanya. Ia gak mau hal itu terulang lagi di hari ulang tahunnya sekarang ini.

Ia juga berpikir, apakah ke 3 temannya tidak ingat juga. Ternyata, dugaannya salah. Bel istirahat pun berbunyi. “Akhirnya, istirahat juga,”ungkap Karin. “Ya, bosen banget tadi,”sahut Cheryl. “Dar, anterin aku ke toilet yuk!”ajak Karin. “Ya,”jawab Dara. “Tunggu, gw ikut dong!”tambah Saski. “Cher, mo ikut gak?”ajak Saski. “Enggak ah, makasih. Masa ke toilet aja rombongan,”jawabnya santai. “Yodah,,,,”sahut Saski.

Setelah ke 3 temannya pergi ke toilet, ia mengambil kado yang ada di dalam tas. Ia pun mulai membuka kado yang tadi pagi bibi berikan padanya. Senang sekali hatinya karena bibi memberikannya sebuah boneka yang sangat lucu. Ternyata, ada surat yang terselip diboneka itu. Ia pun mulai membacanya.
Non, maaf ya kalau kadonya jelek, soalnya Bibi cuman bisa ngasih ini. Tapi jangan dilihat dari harganya ya, Non. Semoga Non tambah cantik, pintar, rajin beribadah, dan taat ma ke 2 orang tua Non. Sekian surat dari Bibi ya, semoga Non suka dengan boneka ini.

Bibi memang bibi yang paling baik. Dia selalu baik dan memanjakannya. Ia senang sekali karena bibi dapat menjadi mama baginya. Walaupun sebenarnya, posisi mama di hatinya enggak akan pernah terganti oleh siapapun.

Ia pun mulai memasukkan boneka dan surat dari bibi ke dalam tas. Tiba-tiba…”Happy birthday to you…Happy birthday to you….”Ternyata, ke 3 temannya mengambil kue tart yang dititipkan di koperasi. “Selamat ulang tahun ya, Cher…”ucap Dara. “Met ultah loh, jangan lupa traktirannya ya!”tambah Saski. “Selamet ya, bakal punya KTP nih,”celoteh Karin. “Met ulang tahun ya,”ucap semua teman-temanku di kelas. Ia pun meniup lilin bertuliskan angka 17 dan memotongnya untuk dibagi-bagikan kepada teman-teman di kelasnya. Setelah ia membagikan kuenya, ia mengucapkan terima kasih kepada teman-temannya karena mereka masih mengingat hari ulang tahunnya. Setelah kami selesai makan kuenya, bel masuk pun berbunyi. Kita pun membereskan makanan yang berserakan di meja guru.

“Makasih ya, gw kira loe semua uda pada lupa,”ungkap Cheryl. “Ya gaklah, mana mungkin kita lupa,”bela Karin. “Oh ya, ni kado dari kita-kita,”ucap Karin sambil memberikan kadonya. “Eits, jangan dibuka di sini, di rumah aja,”larang Dara. “Ya ya, tenang aja. Emang isinya apa sich, jangan-jangan aneh lagi nih,”balasnya. “Mo tau aja,”sahut Karin.

Bel pulang pun berbunyi. Kita berempat pun pulang bersama-sama dengan menaiki mobil Karin karena ia memang selalu dijemput dengan supir. Di jalan, kita berkaraoke ria. Walaupun kita tahu kalau suara kita pas-pasan. Tapi, pede aja lagi. Karin mengantar Cheryl pulang duluan karena rumahnya memang yang paling dekat daripada Saski dan Dara. “Cheryl. Kita tunggu traktirannya ya besok,”celoteh Saski. “Ya, tenang ja,”balasnya. Ia pun turun dari mobil dengan harapan kalau saat ia membuka pintu, ke 2 orang tuanya sudah menyambutnya dan memberi ucapan selamat padanya.

“Aku pulang,”teriak Cheryl. “Oh, Non udah pulang toh. Non gak jalan-jalan dulu ma teman-teman Non?”tanya Bibi. “Enggak, Bi. Aku lagi pengen pulang cepet. Di rumah cuman ada Bibi doang?”tanyanya sambil menengok-nengok. “Ya iyalah, Non. Biasanya juga Bibi doang yang ada di rumah kalau jam segini,”jawab bibi heran. “Mang ada apa toh, Non? Kok nanya gitu?”tanya Bibi. “Gak. Gak ada apa-apa kok, Bi. Yaudah, aku ke kamar dulu ya,”ucapnya sambil berjalan menuju tangga. “Yaudah. Oh ya, kalau Non mau makan siang, Bibi udah masakkin makanan kesukaan Non kok,”ucap bibi. “Makasih ya, Bi. Tapi aku lagi gak laper. Oh ya, makasih juga ya atas bonekanya. Aku suka kok,”sahutnya. “Ya Non, sama-sama,”tambah bibi.

Sesanpainya di kamar, ia membuka kado dari teman-temannya. Ternyata, mereka memberikannya sebuah tas sekolah adidas berwarna biru yang keren. Di dalam tasnya terdapat surat dari mereka untuknya.
Met ulang tahun ya, Cher. Gw harep loe seneng nerima kado dari kita. Semoga loe makin baek ma kita dan apa yang loe inginkan dapat terkabul. Oh ya, jangan lupa traktiranyya ya….
He he he…
Ia senang dan tertawa ketika membaca suratnya. Tetapi, ia tetap saja gelisah. Berharap dan terus berharap sesuatu yang sulit terjadi. Ia duduk di atas tempat tidur sambil mengambil foto lengkap keluarganya saat ia masih berumur 8 tahun. Ia memandangnya sambil menangis dan bertanya dalam hati.
Kenapa mereka harus bercerai? Apa mereka gak memikirkan nasib ku dan adikku? Aku kangen dengan mereka. Aku iri melihat teman-temanku yang mempunyai keluarga utuh.
Ia pun gak mau larut dalam kesedihan. Setelah berganti pakaian, ia keluar kamar dan berniat tidur di kamar ayahnya. Ia suka sekali tidur di sana karena ia merasa ke-2 orang tuanya menemaninya tidur. Gak terasa ia sudah tidur lama sekali. Jam sudah menunjukkan pukul 5 lewat 15. Ia pun bergegas kembali ke kamar dan mandi. Selesai mandi ia turun ke bawah untuk menonton tv dan menunggu ayahnya pulang kantor.

“Bi, Ayah udah pulang?”tanyanya sambil memegang remot tv. “Belum, Non,”jawab bibi. Ia mulai bertanya dalam hati karena tidak biasanya ayah belum pulang jam segini. Padahal, ayah selalu pulang jam 7. Kenapa sampai jam 8, ayah belum pulang juga ya? Tapi, mungkin ayah ada keperluan mendadak. Ya sudahlah, tidak apa-apa. Lagi pula, ia juga sudah melupakan keinginannya untuk berkumpul dengan adik dan ke-2 orang tuanya dihari ulang tahunnya yang ke-17 ini. Ia hanya berharap semoga mereka dapat bahagia dengan kehidupan mereka yang sekarang.

“Non, makan dulu. Tadi siang kan Non belum makan. Ntar kalau Non sakit, kasihan Ayah Non,”panggil bibi dengan nada menasehatinya. “Bentar lagi, Bi. Aku mau makan bareng Ayah,”jawabnya sambil merebah di sofa. “Yaudah, Bibi ngerti kok,”ucap bibi.

Tidak terasa jam 8 pun berlalu, dan jam sudah menunjukkan pukul 10. Ayah pun baru pulang. “Cheryl mana, Bi?”tanya ayah kepada bibi. “Non Cheryl sedang menonton tv di ruang tengah, Tuan. Perlu saya panggilkan?”ucap Bibi sambil membawa tas kantor Ayah. “Gak usah, Bi. Terima kasih. Biar saya aja yang panggil. Oh ya, Cheryl sudah makan?”tanya Ayah. “Belum. Dari tadi Non Cheryl tidak mau makan kalau Tuan belum pulang,”jawab Bibi. “Dasar nakal. Yasudah, Bibi bawa tas saja ke kamar. Aku mau manggil Cheryl untuk makan malam,”ucap Ayah. “Ya Tuan,”jawab Bibi.

“Ya ampun. Kok ketiduran. Cher, bangun. Makan dulu yuk!”ajak Ayah sambil mematikan tv. “Oh, Ayah sudah pulang,”sahutnya sambil mengucek-ngucek mata. “Yuk, makan dulu!”ajak ayah lagi. “Ya, Yah,”jawabnya.

Ia dan ayahnya bersama-sama menuju ke meja makan. Ia pun langsung makan dengan lahap. Maklum aja, dari tadi siang ia belum makan lagi. Selesai makan, ayah mengajaknya ke kamar.

Ternyata, ayah masih mengingat ulang tahunnya. Di kamarnya, ia diberikan sebuah kado yang isinya kalung emas putih yang liontinnya bertuliskan nama Cheryl. “Maaf ya, Nak. Tadi Ayah pulang telat, soalnya Ayah mencari-cari kado buatmu dulu. Ayah tau kamu pasti pengen sekali kan bertemu dengan ibu dan adikmu?”tanya Ayah. “Ya, aku ingin sekali bertemu dengan mereka,”jawabnya. “Tadi Ayah datang ke rumah ibumu. Ternyata, ibumu sudah pindah ke Medan minggu lalu dan Ayah gak tau lagi bagaimana cara menghubunginya. Maafkan Ayah ya, Ayah gak bisa membahagiakanmu dihari ulang tahunmu yang ke-17 ini,”ucap Ayah. “Enggak pa pa kok Yah. Ini aja aku udah seneng,”ucapnya. Walaupun sebenarnya, dalam hatinya sedih sekali karena ia yakin kalau ibunya sudah tidak ingat aku lagi. Tapi ia menyembunyikan perasaanya itu karena ia tidak mau membuat ayahnya sedih.

Tanpa ia sadari air matanya pun tak terbendung. Ia menangis dalam pangkuan ayahnya. Ayah merangkulnya, membelai rambutnya dan mencium dahinya. Ketika itu, Ayah mengatakan,”maafkan Ibumu, Nak. Ayah yakin ia sangat sayang padamu dan merindukanmu”. Ia tahu, ayah mencoba menghiburnya. Tapi, ia bukan anak yang cengeng setelah ayah mengatakan hal itu padaku. Ia bangun dalam pangkuan ayahnya dan mengatakan, “Ibu boleh saja pindah ke Medan. Aku takkan menangis lagi karena Ayah masih ada di sisiku dan LIVE MUST GO ON. So, besok aku minta uang ya, Yah. Soalnya aku mau mentraktir teman-temanku makan”. “Ya, anak nakal. Besok Ayah kasih. Tenang ja..,”jawab Ayah. “Ok deh, Yah. Met malem,”ucapnya sambil tersenyum. “Yasudah, Ayah ke kamar dulu ya, mau tidur. Da ngantuk,”ucap ayah kepadanya sambil mengecup keningnya. “Jangan lupa berdoa ya. Gud nite, Sayang,”tambah Ayah. “Ok, Yah,”balasku.

Memang, hari ulang tahunku yang ke-17 ini tidak seperti yang aku harapkan. Tapi, aku tidak akan berlarut dalam kesedihan karena LIVE MUST GO ON.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar